Thursday 25 July 2013

Tamu-tamu dari Eropa yang Tak Memberi Manfaat

Jose Mourinho, Rahmad Darmawan dan Ahmad Bustomi di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (23/7)
Jose Mourinho, Rahmad Darmawan dan Ahmad Bustomi di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (23/7)

Tur pra-musim klub-klub Eropa ke Asia, Afrika dan Amerika Utara adalah sebuah konsekuensi sepak bola modern yang tak terelakkan. Atas nama penggemar, para perusahaan sepak bola ini menggelar tur ke berbagai belahan dunia. Meminjam kata-kata Zen Rachmat Sugito, klub-klub ini menggelar pentas laiknya bintang-bintang pop menggelar konser.

Semua atas nama penggemar, padahal kita tahu, semua dilakukan atas nama laba, brand image dan kepentingan ekonomi lain.

Dengan sekitar 250 juta penduduk yang sebagian besar menggilai sepak bola, Indonesia jelas menjadi sasaran empuk klub-klub yang selama ini hanya bisa dinikmati aksinya lewat layar kaca. Angka statistik jumlah penggemar menjadi legitimasi klub-klub ini untuk menggelar pentasnya di Indonesia.

Situasi ini tidak bertepuk sebelah tangan karena di Indonesia sendiri, promotor berlomba-lomba mendatangkan klub-klub atau setidaknya bintang-bintang sepak bola Eropa tersebut. Siapa tak tergiur melihat potensi laba yang bisa didapat dari hasil mendatangkan idola-idola tersebut? Mendatangkan klub-klub dengan basis massa besar seperti Internazionale, Arsenal, Chelsea dan Liverpool tentu menjanjikan penjualan tiket yang mengesankan bukan?